Gempa bumi merupakan
bencana alam yang paling menakutkan bagi
manusia. Ini karena kita
selalu mengandalkan tanah tempat kita berpijak di bumi
ini sebagai landasan yang
paling stabil yang bisa selalu dalam keadaan diam dan
menopang kita. Begitu
terjadi gempa bumi, kita tiba-tiba menyadari bahwa tanah
yang kita pijak tersebut
ternyata bisa kehilangan stabilitasnya sehingga mampu
menelan korban. Bencana alam
lainnya, misalnya meletusnya gunung berapi, bisa
dideteksi dengan teknologi
yang semakin lama semakin disempurnakan oleh para
ilmuwan. Lain halnya dengan
gempa bumi yang umumnya terjadi begitu saja
sehingga selalu mengejutkan
kita
Dalam waktu beberapa detik saja gempa bumi
bisa menghancurkan bangunan-bangunan
megah yang dibangun dengan susah
payah selama bertahun-tahun.
Gempa bumi yang hebat bahkan memakan korban
jiwa dalam jumlah tidak
sedikit.
Karena itulah para ilmuwan terus mencoba
mengembangkan teknologi yang
bisa memperkirakan lokasi sumber gempa dan
kekuatan gempa, sekaligus
memprediksi terjadinya gempa supaya dapat
mengusahakan pengungsian
sebelum gempa itu mulai mengamuk dan
mengejutkan semua orang.
Untuk mencegah terjadinya
kerugian besar akibat
hancurnya bangunan-bangunan
penting, para ilmuwan juga mengembangkan
teknologi untuk memperkuat
bangunan sehingga dapat bertahan dari serangan
gempa bumi. Negara-negara
yang sering diserang gempa bumi seperti Jepang
sudah banyak menggunakan
teknologi ini pada gedung-gedung dan bangunan bangunan besar. Teknologi itu
terus dikembangkan dan disempurnakan sampai didapatkan bangunan tahan gempa
yang paling kuat sekalipun.
Salah satu teknologi yang
gencar dikembangkan adalah penggunaan cairan
MagnetoRheological atau disebut juga MR fluid untuk meningkatkan stabilitas
bangunan saat terjadi gempa.
Cairan ini berwarna keabuabuan dan tampak agak
mengkilat seperti minyak.
Massa jenis (densitas) cairan istimewa ini tiga kali
lebih besar dari densitas
air (densitas air pada temperatur normal sekitar 1 g/mL).
Fluida ini tersusun dari
partikel-partikel besi yang mengandung gugus karbonil,
cairan pelarut, dan
bahan-bahan aditif lainnya. Partikel-partikel besi (carbonyl
iron) yang sangat halus ini memiliki diameter 3-5 μm (1 μm = 10-6 meter).
Cairan MR mengandung 20-40% partikel-partikel
besi ini. Saat dalam keadaan kering (belum bercampur dengan cairan pelarutnya)
partikel-partikel halus ini tampak
seperti tepung berwarna
hitam. Cairan pelarut yang digunakan umumnya adalah
minyak (cairan hidrokarbon).
Supaya partikel-partikel besi dapat terus
tersuspensi
dalam cairan pelarutnya,
perlu ditambahkan zat-zat aditif. Zat-zat ini merupakan
komponen yang dirahasiakan.
Dengan bantuan zat aditif, proses pengendapan
akibat gaya gravitasi dapat
dihambat sehingga partikel-partikel besi bisa
mempertahankan keadaan
tersuspensi. Selain itu zat aditif juga berfungsi untuk
meningkatkan lubrikasi dan
mengendalikan kekentalan (viskositas) fluida.
Komponen yang menjadi sumber
keistimewaan fluida MR adalah partikelpartikel
besi yang halus tadi. Saat
fluida MR didekatkan ke magnet, medan
magnet memaksa
partikel-partikel ini untuk langsung berbaris dan membentuk
polaritas yang seragam
sehingga fluida semakin mengeras (molekul-molekulnya
semakin rapat dan teratur)
dan berubah menjadi padatan.
Semakin kuat medan magnetnya semakin keras
pula padatan yang terbentuk. Saat medan magnetnya hilang, molekul-molekulnya
kembali menjauh dan tidak beraturan seperti semula.
MR yang padat itu pun
kembali berubah menjadi fluida. Fluida yang memiliki
karakteristik istimewa ini
ditemukan sekitar tahun 1940 oleh Jacob Rabinow.
Sejak ditemukannya para
ilmuwan belum bisa menemukan cara yang tepat untuk
mengontrol medan magnet
dengan baik sehingga fluida ini belum banyak
dimanfaatkan. Masalah ini
kini sudah bisa diselesaikan dengan ditemukannya
sistem canggih seperti digital
signal processor serta melimpahnya computer computer yang bisa digunakan
untuk mengatur medan magnet yang diaplikasikan
pada fluida MR ini. Lalu
bagaimana caranya fluida ini bisa membuat bangunan
menjadi tahan gempa?
Dengan cara menempatkannya dalam damper
Bangunan-bangunan seperti
gedung-gedung besar pencakar langit dan
jembatan-jembatan besar di
negara-negara yang sering mengalami gempa bumi
biasanya dilengkapi dengan damper
(jumlahnya bergantung pada ukuran
bangunan) yang berfungsi
untuk menyerap sebagian gaya yang tercipta akibat
getaran. Gempa bumi terjadi
saat ada getaran di permukaan bumi. Jika kita berdiri
di dekat rel kereta api saat
ada kereta yang lewat kita biasanya merasakan getaran
yang ditimbulkan oleh kereta
api tersebut.
Getaran ini sebenarnya
termasuk gempa bumi dalam skala mini. Gempa bumi yang lebih besar yang
dikategorikan
sebagai bencana alam
biasanya berupa getaran hebat yang diakibatkan oleh
meletusnya gunung berapi,
tabrakan dengan meteor, ledakan bawah tanah,
penghancuran tambang, dan
terutama oleh pergeseran lempeng-lempeng bumi.
Getaran-getaran ini bisa
membentuk resonansi gelombang yang dapat
memperkuat getaran sehingga
mampu menghancurkan bangunan-bangunan besar
yang semula berdiri kokoh di
permukaan bumi. Damper bertugas untuk
mengacaukan resonansi ini
supaya dapat menghindari atau memperkecil efek
perusakan yang mungkin
terjadi. Damper yang digunakan bisa bersifat aktif, pasif,dan semiaktif.
Damper yang aktif merupakan generator yang secara aktif selalu berusaha
melawan segala bentuk gangguan.
Generator ini menghasilkan gaya yang mendorong
struktur bangunan yang mengalami gangguan. Damper jenis ini
sangat mudah dikendalikan
tetapi membutuhkan energi yang sangat besar.
Damper yang pasif justru tidak membutuhkan energi sama sekali. Damper ini
sangat sederhana dan
membutuhkan biaya perawatan yang rendah tetapi tidak bisa
dikontrol sehingga tidak
bisa beradaptasi terhadap berbagai perubahan. Damper
semiaktif merupakan gabungan
damper pasif dan aktif. Saat ada gangguan,
damper ini melawannya dengan gaya yang bisa mempertahankan struktur
bangunan tanpa menggunakan
gaya dorong seperti damper aktif. Damper ini
mudah dikendalikan dan tidak
membutuhkan energi yang besar. Damper yang
menggunakan fluida MR
merupakan damper semiaktif yang bisa dikendalikan
dengan cara mengatur jumlah
listrik yang mengalir pada elektromagnet dalam
damper.
Kumparan elektromagnet
ditempatkan di dalam damper untuk
mengendalikan fluida MR.
Sekitar lima liter fluida dapat ditampung oleh damper.
Bangunan juga dilengkapi
dengan sensor getaran yang langsung mengirimkan
sinyal pada komputer (saat
ada getaran) supaya mengalirkan listrik pada damper.
Karena ada aliran listrik
pada elektromagnet, terciptalah medan magnet yang
menyebabkan mengerasnya
cairan MR. Frekuensi perubahan cairan MR menjadi
padat bisa mencapai ribuan
kali per detik karena adanya pulsa elektromagnetik.
Frekuensi tinggi ini dapat
meningkatkan temperatur fluida sehingga terjadi
ekspansi (bertambahnya
volume fluida). Bagian atas damper dilengkapi dengan
thermal expansion
accumulator untuk mencegah ledakan
akibat kenaikan tekanan
saat terjadinya ekspansi.
Damper bergerak-gerak dan mengeluarkan gaya untuk melawan getaran
gempa. Fluida MR yang sudah
berubah jadi padatan dapat menambah besarnya
gaya yang bisa dihasilkan damper
ini. Semakin besar getaran semakin besar pula
arus listrik yang mengalir
sehingga medan magnet yang tercipta semakin kuat.
Kuatnya medan magnet ini menyebabkan
semakin kerasnya padatan yang
terbentuk sehingga damper
bisa menghasilkan gaya yang lebih besar untuk
melawan getaran gempa. Saat
getaran gempa berhenti, komputer menghentikan
aliran listrik pada
elektromagnet sehingga medan magnetnya hilang dan padatan
MR berubah kembali menjadi
fluida. Damper dengan teknologi MR fluid ini dapat
dipasang pada semua bangunan
baru maupun lama sehingga menambah kekuatan
bangunan dan memperkecil
resiko kehancuran akibat gempa. Dengan bangunan
yang lebih stabil, keselamatan
penduduk pun bisa lebih terjamin. Hebatnya lagi,
damper yang dilengkapi fluida MR ini dapat pula digunakan dalam kehidupan
sehari-hari sebagai penyerap
getaran pada berbagai peralatan elektronik seperti
mesin
cuci, dan sebagai shock absorber pada mobil.
Itu fluidaMR nya pada gambar kedua yang mana ya?sama gambar ke3 tidak muncul
BalasHapus